Teruntuk putri-putriku di jannahNya
Rasanya baru kemarin aku menerima kabar bahagia itu. Tepat akhir bulan Desember saat kandunganku berusia 6 bulan, hasil pemeriksaan USG menyatakan jika janin yang kukandung pada kehamilan keduaku ini adalah kembar. Tak terperi kebahagiaan yang aku rasakan saat itu. Hari-hari yang kujalani setelahnya berjalan normal seperti biasa. Si kecilku tak pernah membuatku mengeluh bahkan sakit selama kehamilan. Senantiasa bergerak dengan gerakan yang lembut di kala ibunya beraktivitas di dalam maupun di luar rumah. Tak satupun keluhan yang aku rasakan selama sebulan ini. Hingga pada beberapa hari yang lalu kekhawatiranku datang begitu tiba-tiba. Aq merasakan kehilangan gerakan pada janinku. Dengan segera aku dan suami memeriksakan ke dokter dan ternyata... semua sudah terlambat.. kedua janin kembarku sudah diambil oleh Yang Maha Kuasa. Aku seperti kehilangan cahaya hidup saat itu. Begitu tiba-tiba dan tidak kusangka. Tapi, berkat dukungan suami dan keluarga aku bisa tabah, ikhlas, dan pasrah.
Dua hari pertama di rumah sakit menunggu persalinan bayiku yang sudah meninggal di dalam rahim, rasanya tidak dapat kuungkapkan dengan kata-kata. Sakit yang aku rasakan selama itu seperti dua kali lipat dari yang pernah aku rasakan. Entah sudah berapa kali aku membaca kalimah thoyyibah, ayat kursi dan surat-surat pendek untuk mengatasi rasa sakitku. Sakitnya benar-benar hampir memaksaku menyerah dan memutuskan untuk operasi cesar. Tapi, aku mencoba untuk bertahan sekuat tenaga dengan suami yang selalu mendampingi. Dan Allah ternyata memberikan pertolonganNya. Kedua bayiku bisa kulahirkan secara normal. Sedihku pecah seketika melihat wajah mungil kedua bayiku yang ternyata perempuan semua, seperti yang kami idamkan selama ini. Tubuh mereka begitu sempurna hanya begitu kecil karena aku melahirkan dalam kondisi prematur. Aku melepaskan kepergian mereka untuk disemayamkan dengan perasaan yang amat kehilangan waktu itu.
Laa hawla walaa quwwata illaa billaah.. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun...
Tiada daya upaya dan kekuatan selain dariMu ya Allah.. Segala sesuatu datang dan akan kembali kepadaMu... Aku berserah diri sepenuhnya...
Hasil analisa bidan yang menolong persalinanku, bayiku meninggal karena keracunan air ketuban. Aku lupa istilahnya apa. Yang jelas air ketubanku begitu banyak. Mungkin itulah yang menyebabkan selama ini aku hanya bisa merasakan janinku bergerak lembut. Tidak seperti kehamilan normal 6 bulan seharusnya janin sudah bisa menendang dengan keras. Bidan juga menyatakan kalo hal seperti ini bisa menimpa siapa saja, kelebihan air ketuban itu karena memang sudah bawaan, tidak bisa dicegah. Hanya mungkin aku terlambat menyadari dan juga mungkin karena ketidaktahuanku. Aku menyesali hal ini.
Yah... Januari ini menjadi bulan yang amat kelam dalam hidupku. Aku kehilangan kedua putri kembarku tepat di usia kehamilan 7 bulan. Hanya kurang sebulan dari perkiraan kelahiran mereka. Tapi takdir Allah berkata lain. Mereka tidak dapat bertahan. Sungguh hadiah ulang tahun paling pahit yang aku terima. Aku ikhlas dan pasrah... Mungkin ini adalah yang terbaik dari Allah dan aku yakin Allah akan memberikan ganti yang lebih indah di kemudian hari..
Kamis, 20 Januari 2011.
Kedua buah hatiku telah disemayamkan. Mereka telah menjadi bidadari-bidadari kecil yang cantik jelita. InsyaAllah...
Nak... maafkan ibu karena tidak sanggup menjagamu selama dalam kandungan. Sungguh ibu sangat menyesal anakku... Penyesalan yang selamanya akan terpatri dalam hati... Maafkan ibu anak-anakku.. maafkan..
Ibu hanya bisa berdoa semoga kelak ibu dapat berjumpa dengan kalian. Melihat dengan utuh binar mata kalian. Memeluk dengan lembut tubuh mungil kalian. Bersenda gurau dalam kebahagiaan melepas kerinduan ibu yang mengkristal pada kalian. Serta tiada lelah mendampingi kalian bermain-main di taman surga yang indah...
Allahu rabbiy.. Jadikanlah kedua permata hatiku penghuni surgaMu.. Tempatkanlah mereka di tempat yang paling indah di jannahMu.. Hingga tiba masanya kelak mereka menjadi penjemput kami di pintu surgaMu...
Kabulkanlah permintaan hambaMu yang nista ini ya Rabb.. Tiada yang dapat hamba lakukan selain bermunajat kepadaMu.. Istajib du'aaiy ya Rabb... Amin...
(Kutulis dengan segenap kekuatan dan tetesan air mata yang telah mengering)
~Ummu Hafiy~
Note tambahan (saya kutip dari http://ghinarumaisha.multiply.com/journal/item/35):
Anak-anak yang meninggal dalam keadaan belum baligh maka akan menjadi penolong bagi kedua orangtuanya kelak di akhirat. Seperti yang dikisahkan dalam hadits riwayat Bukhari Muslim.
Diceritakan, ada seorang perempuan mendatangi Rasulullah saw. lalu berkata: "Wahai Rasulullah, kaum laki-laki telah memperoleh hadist-hadist Tuan, maka berilah kami (kaum perempuan) hari di mana Tuan memberikan pengajaran kepada kami tentang apa yang telah Allah ajarkan kepada Tuan."
Rasulullah menjawab, "Berkumpullah pada hari ini dan ini". Maka kaum perempuan itu berkumpul dan Rasulullah hadir memberikan pengajaran apa yang diajarkan Allah kepadanya. Kata Rasul: "Tiada di antara kalian perempuan yang ditinggal mati tiga anak-anaknya kecuali ketiga anak tersebut menjadi penghalang (hijab) bagi perempuan itu dari api neraka. Seorang perempuan bertanya, "Dan dua orang anak?" Jawab Rasul, "(Ya) dan dua orang anak." (Muttafaq 'alaih)
Hadis di atas hanya menyebutkan sampai dua orang anak saja. Bagaimana kalau satu anak saja yang meninggal? Saya pikir, seandainya waktu itu ada perempuan lagi yang menanyakan "Bagaimana jika yang meninggal satu anak saja?", kemungkinan besar Rasul juga akan mengiyakan. Artinya bilangan 2 itu tidak menjadi batas.
Dalam konteks yang sama, dalam hadist lain yang diriwayatkan al-Nasa'iy, Rasulullah berkata (jika diterjemahkan secara bebas demikian) "Tidakkah menggembirakanmu, bahwa kamu kelak akan melihat anakmu membukakan pintu surga dan berjalan menjemputmu?".
Dalam hadist lain lagi (riwayat Muslim), diceritakan ada seorang -Abu Hissan namanya- yang dua anak laki-lakinya meninggal. Abu Hissan ini dekat dengan Abu Hurairah, hingga ia (Abu Hissan) menganggap Abu Hurairah itu sebagai juru bicaranya Rasul yang senantiasa membawa kabar tentang Rasul. Setelah musibah meninggalnya dua anaknya itu, Abu Hissan meminta Abu Hurairah agar memberinya hadist-hadist Rasulullah yang menghibur orang-orang yang lagi berduka cita karena keluarganya meninggal. Lantas Abu Hurairah berkata (dengan terjemah bebas begini), "(Oh) iya, anak-anak kecil mereka adalah anak-anak kecilnya surga." Maksudnya, anak-anak yang meninggal masih kecil akan menjadi penghuni surga tak akan meninggalkannya. "Salah satu mereka (anak-anak kecil penghuni surga itu) akan menemui orang tuanya. (Setelah ketemu) dia memegangi kuat-kuat baju orang tuanya, tak akan melepaskannya sampai Allah memasukkannya bersama kedua orang tuanya ke dalam surga."
Subhanallah... benar-benar bisa menjadi pelipur lara dan penguat di kala ditimpa musibah seperti yang saat ini aku alami. Bagi para orang tua yang pernah mengalami hal yang sama. Semoga kisahku ini bisa mendatangkan ibrah. Amin.
Read More......
Dua hari pertama di rumah sakit menunggu persalinan bayiku yang sudah meninggal di dalam rahim, rasanya tidak dapat kuungkapkan dengan kata-kata. Sakit yang aku rasakan selama itu seperti dua kali lipat dari yang pernah aku rasakan. Entah sudah berapa kali aku membaca kalimah thoyyibah, ayat kursi dan surat-surat pendek untuk mengatasi rasa sakitku. Sakitnya benar-benar hampir memaksaku menyerah dan memutuskan untuk operasi cesar. Tapi, aku mencoba untuk bertahan sekuat tenaga dengan suami yang selalu mendampingi. Dan Allah ternyata memberikan pertolonganNya. Kedua bayiku bisa kulahirkan secara normal. Sedihku pecah seketika melihat wajah mungil kedua bayiku yang ternyata perempuan semua, seperti yang kami idamkan selama ini. Tubuh mereka begitu sempurna hanya begitu kecil karena aku melahirkan dalam kondisi prematur. Aku melepaskan kepergian mereka untuk disemayamkan dengan perasaan yang amat kehilangan waktu itu.
Laa hawla walaa quwwata illaa billaah.. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun...
Tiada daya upaya dan kekuatan selain dariMu ya Allah.. Segala sesuatu datang dan akan kembali kepadaMu... Aku berserah diri sepenuhnya...
Hasil analisa bidan yang menolong persalinanku, bayiku meninggal karena keracunan air ketuban. Aku lupa istilahnya apa. Yang jelas air ketubanku begitu banyak. Mungkin itulah yang menyebabkan selama ini aku hanya bisa merasakan janinku bergerak lembut. Tidak seperti kehamilan normal 6 bulan seharusnya janin sudah bisa menendang dengan keras. Bidan juga menyatakan kalo hal seperti ini bisa menimpa siapa saja, kelebihan air ketuban itu karena memang sudah bawaan, tidak bisa dicegah. Hanya mungkin aku terlambat menyadari dan juga mungkin karena ketidaktahuanku. Aku menyesali hal ini.
Yah... Januari ini menjadi bulan yang amat kelam dalam hidupku. Aku kehilangan kedua putri kembarku tepat di usia kehamilan 7 bulan. Hanya kurang sebulan dari perkiraan kelahiran mereka. Tapi takdir Allah berkata lain. Mereka tidak dapat bertahan. Sungguh hadiah ulang tahun paling pahit yang aku terima. Aku ikhlas dan pasrah... Mungkin ini adalah yang terbaik dari Allah dan aku yakin Allah akan memberikan ganti yang lebih indah di kemudian hari..
Kamis, 20 Januari 2011.
Kedua buah hatiku telah disemayamkan. Mereka telah menjadi bidadari-bidadari kecil yang cantik jelita. InsyaAllah...
Nak... maafkan ibu karena tidak sanggup menjagamu selama dalam kandungan. Sungguh ibu sangat menyesal anakku... Penyesalan yang selamanya akan terpatri dalam hati... Maafkan ibu anak-anakku.. maafkan..
Ibu hanya bisa berdoa semoga kelak ibu dapat berjumpa dengan kalian. Melihat dengan utuh binar mata kalian. Memeluk dengan lembut tubuh mungil kalian. Bersenda gurau dalam kebahagiaan melepas kerinduan ibu yang mengkristal pada kalian. Serta tiada lelah mendampingi kalian bermain-main di taman surga yang indah...
Allahu rabbiy.. Jadikanlah kedua permata hatiku penghuni surgaMu.. Tempatkanlah mereka di tempat yang paling indah di jannahMu.. Hingga tiba masanya kelak mereka menjadi penjemput kami di pintu surgaMu...
Kabulkanlah permintaan hambaMu yang nista ini ya Rabb.. Tiada yang dapat hamba lakukan selain bermunajat kepadaMu.. Istajib du'aaiy ya Rabb... Amin...
(Kutulis dengan segenap kekuatan dan tetesan air mata yang telah mengering)
~Ummu Hafiy~
Note tambahan (saya kutip dari http://ghinarumaisha.multiply.com/journal/item/35):
Anak-anak yang meninggal dalam keadaan belum baligh maka akan menjadi penolong bagi kedua orangtuanya kelak di akhirat. Seperti yang dikisahkan dalam hadits riwayat Bukhari Muslim.
Diceritakan, ada seorang perempuan mendatangi Rasulullah saw. lalu berkata: "Wahai Rasulullah, kaum laki-laki telah memperoleh hadist-hadist Tuan, maka berilah kami (kaum perempuan) hari di mana Tuan memberikan pengajaran kepada kami tentang apa yang telah Allah ajarkan kepada Tuan."
Rasulullah menjawab, "Berkumpullah pada hari ini dan ini". Maka kaum perempuan itu berkumpul dan Rasulullah hadir memberikan pengajaran apa yang diajarkan Allah kepadanya. Kata Rasul: "Tiada di antara kalian perempuan yang ditinggal mati tiga anak-anaknya kecuali ketiga anak tersebut menjadi penghalang (hijab) bagi perempuan itu dari api neraka. Seorang perempuan bertanya, "Dan dua orang anak?" Jawab Rasul, "(Ya) dan dua orang anak." (Muttafaq 'alaih)
Hadis di atas hanya menyebutkan sampai dua orang anak saja. Bagaimana kalau satu anak saja yang meninggal? Saya pikir, seandainya waktu itu ada perempuan lagi yang menanyakan "Bagaimana jika yang meninggal satu anak saja?", kemungkinan besar Rasul juga akan mengiyakan. Artinya bilangan 2 itu tidak menjadi batas.
Dalam konteks yang sama, dalam hadist lain yang diriwayatkan al-Nasa'iy, Rasulullah berkata (jika diterjemahkan secara bebas demikian) "Tidakkah menggembirakanmu, bahwa kamu kelak akan melihat anakmu membukakan pintu surga dan berjalan menjemputmu?".
Dalam hadist lain lagi (riwayat Muslim), diceritakan ada seorang -Abu Hissan namanya- yang dua anak laki-lakinya meninggal. Abu Hissan ini dekat dengan Abu Hurairah, hingga ia (Abu Hissan) menganggap Abu Hurairah itu sebagai juru bicaranya Rasul yang senantiasa membawa kabar tentang Rasul. Setelah musibah meninggalnya dua anaknya itu, Abu Hissan meminta Abu Hurairah agar memberinya hadist-hadist Rasulullah yang menghibur orang-orang yang lagi berduka cita karena keluarganya meninggal. Lantas Abu Hurairah berkata (dengan terjemah bebas begini), "(Oh) iya, anak-anak kecil mereka adalah anak-anak kecilnya surga." Maksudnya, anak-anak yang meninggal masih kecil akan menjadi penghuni surga tak akan meninggalkannya. "Salah satu mereka (anak-anak kecil penghuni surga itu) akan menemui orang tuanya. (Setelah ketemu) dia memegangi kuat-kuat baju orang tuanya, tak akan melepaskannya sampai Allah memasukkannya bersama kedua orang tuanya ke dalam surga."
Subhanallah... benar-benar bisa menjadi pelipur lara dan penguat di kala ditimpa musibah seperti yang saat ini aku alami. Bagi para orang tua yang pernah mengalami hal yang sama. Semoga kisahku ini bisa mendatangkan ibrah. Amin.
by Ummu Hafiy
Rasulullah saw bersabda:
“…Tak ada seorangpun perempuan yang hamil dari suaminya, kecuali ia berada dalam naungan Allah azza wa jalla, sampai ia merasakan sakit karena melahirkan, dan setiap rasa sakit yang ia rasakan pahalanya seperti memerdekakan seorang budak yang mukmin. Jika ia telah melahirkan anaknya dan menyusuinya, maka tak ada setetes pun air susu yang diisap oleh anaknya kecuali ia akan menjadi cahaya yang memancar di hadapannya kelak di hari kiamat, yang menakjubkan setiap orang yang melihatnya dari umat terdahulu hingga yang belakangan. Selain itu ia dicatat sebagai seorang yang berpuasa, dan sekiranya puasa itu tanpa berbuka niscaya pahalanya dicatat seperti pahala puasa dan qiyamul layl sepanjang masa. Ketika ia menyapih anaknya Allah Yang Maha Agung sebutan-Nya berfirman: ‘Wahai perempuan, Aku telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu, maka perbaruilah amalmu’.” (Mustadrak Al-Wasail 2: bab 47, hlm 623)
“…Tak ada seorangpun perempuan yang hamil dari suaminya, kecuali ia berada dalam naungan Allah azza wa jalla, sampai ia merasakan sakit karena melahirkan, dan setiap rasa sakit yang ia rasakan pahalanya seperti memerdekakan seorang budak yang mukmin. Jika ia telah melahirkan anaknya dan menyusuinya, maka tak ada setetes pun air susu yang diisap oleh anaknya kecuali ia akan menjadi cahaya yang memancar di hadapannya kelak di hari kiamat, yang menakjubkan setiap orang yang melihatnya dari umat terdahulu hingga yang belakangan. Selain itu ia dicatat sebagai seorang yang berpuasa, dan sekiranya puasa itu tanpa berbuka niscaya pahalanya dicatat seperti pahala puasa dan qiyamul layl sepanjang masa. Ketika ia menyapih anaknya Allah Yang Maha Agung sebutan-Nya berfirman: ‘Wahai perempuan, Aku telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu, maka perbaruilah amalmu’.” (Mustadrak Al-Wasail 2: bab 47, hlm 623)
Rasulullah saw bersabda:
“Siapapun perempuan yang menjaga sesuatu di rumah suaminya dari suatu tempat ke tempat yang lain untuk kemaslahatan, maka ia diperhatikan oleh Allah swt, dan orang yang diperhatikan oleh Allah ia tidak akan diazab oleh-Nya.” Kemudian Ummu Salamah bertanya: Ya Rasulullah saw, setiap laki-laki yang keluar dari rumahnya ia dapat melakukan kebajikan, maka kebajikan apa yang dapat dilakukan oleh perempuan yang miskin? Beliau menjawab: “Baiklah, jika perempuan hamil maka kedudukannya seperti kedudukan orang yang berpuasa, qiyamul layl, dan berjuang di jalan Allah dengan diri dan hartanya. Jika ia melahirkan, maka pahalanya tak dapat diketahui oleh seorangpun karena begitu besarnya. Jika ia menyusui, maka setiap tetes air susu yang isap oleh anaknya seperti memerdekakan orang merdeka dari keturunan nabi Ismail (as). Jika ia menyapihnya, malaikat yang mulia mengepakkan sayapnya sambil berkata: Perbaruilah amalmu, dosa-dosamu telah diampuni.” Hadis ini bersumber dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa). (Al-Wasail 15: 174-175, hadis ke 1)
“Siapapun perempuan yang menjaga sesuatu di rumah suaminya dari suatu tempat ke tempat yang lain untuk kemaslahatan, maka ia diperhatikan oleh Allah swt, dan orang yang diperhatikan oleh Allah ia tidak akan diazab oleh-Nya.” Kemudian Ummu Salamah bertanya: Ya Rasulullah saw, setiap laki-laki yang keluar dari rumahnya ia dapat melakukan kebajikan, maka kebajikan apa yang dapat dilakukan oleh perempuan yang miskin? Beliau menjawab: “Baiklah, jika perempuan hamil maka kedudukannya seperti kedudukan orang yang berpuasa, qiyamul layl, dan berjuang di jalan Allah dengan diri dan hartanya. Jika ia melahirkan, maka pahalanya tak dapat diketahui oleh seorangpun karena begitu besarnya. Jika ia menyusui, maka setiap tetes air susu yang isap oleh anaknya seperti memerdekakan orang merdeka dari keturunan nabi Ismail (as). Jika ia menyapihnya, malaikat yang mulia mengepakkan sayapnya sambil berkata: Perbaruilah amalmu, dosa-dosamu telah diampuni.” Hadis ini bersumber dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa). (Al-Wasail 15: 174-175, hadis ke 1)
Zaid bin Ali dari bapak-bapaknya (sa) berkata bahwa Rasulullah saw pernah menyebutkan tentang jihad, lalu seorang perempuan bertanya: Ya Rasulullah, bagi perempuan apa amal yang seperti itu? Beliau bersabda: “Baiklah, bagi perempuan antara kehamilan hingga menyapih seperti pahala orang yang berjuang di jalan Allah. Jika ia mati, maka kedudukannya seperti orang yang syahid.” (Biharul Anwar 104: 97, hadis ke 56)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata dalam riwayat yang panjang tentang kisah Adam dan Hawa’ (as): “Siti Hawa’ berkata: Ya Rabbi, aku memohon kepada-Mu agar Engkau menganugerahkan kepadaku seperti yang Engkau anugerahkan kepada Adam. Maka Allah swt berfirman: ‘Aku telah mengkaruniakan kepadamu rasa malu, rahmat dan kelembutan, dan bagimu dicatat pahala mandi dan wiladah (melahirkan anak), sekiranya kamu melihat pahalanya yang abadi, kenikmatan yang kekal, dan kerajaan yang besar, niscaya menyejukkan pandanganmu.” (Mustadrak Al-Wasail 2: bab 2, 635, hadis ke 13)